Kamu

Posted Posted by favianfaust in Comments 0 komentar


Ketika kamu menjadi jawaban bagi doaku, aku tetap tak berhenti, aku berdoa untukmu. 
Kepingan-kepingan yang kususun, gagal menemukan bentuk. Kamukah kepingan terakhir itu? 
Kukira, kurasa, kuanggap. Kenapa berspekulasi? Bukan hati dan pikiran yang bertanya. Tapi suaraku: Apakah kamu mencintaiku? 
Kejahatan tak terampuni, menipu hatimu sendiri! 
Kini kutahu, mengapa pohon tak boleh tumbuh di hati, agar dahannya tak bercabang. 
Kini aku tahu mengapa tidak bisa melupakanmu. Karena otak terdiri atas dua bagian, ketika otak kananku mengenyahkanmu, kamu pindah ke otak kiri. 
Memang hanya isyarat singkat di pesanku. Tak cukupkah tersirat? Tak terbacakah hatiku? 
Pertemuan pertama itu selalu kukenang, agar aku ingat mengapa aku begitu mencintaimu. Waktu itu, sekarang, kelak. 
Pikiranku bisa terbagi. Hatiku tidak. 
Sampai kamu jemu, sampai kamu jera, sampai kamu membuka hatimu. Dan saat itu kamu tahu aku bersungguh-sungguh. 
Setelah semua rasa, tersisa tanya. Semu atau nyata? Kamu atau kita? Berlalu atau cinta ... 
Sampailah aku pada bagian tersulit, tapi tanganmu menggenggam. Dan aku percaya, bukan bisa atau tidak, tapi berusaha. 
Tuhan menutup di sini, membuka disana. Aku melihatmu disana. 

0 komentar:

Posting Komentar